Kami masih ingat saat Lokl baru akan dibangun, waktu itu kami sedang menginap di BackHome Hostel yang lokasinya tepat di sebelahnya. Itu kira-kira 5 tahun yang lalu dan sampai sekarang hostel tersebut masih populer dan bahkan semakin ramai. Begitu juga dengan cafenya.
Saat kami menginap di Big M Hotel (highly recommended) baru-baru ini, kami sempat mencoba Lokl cafe ini dan memang ternyata bagus.
Kami pesan cappuccino yang rasanya mantap dan tekstur susu di atasnya juga sangat lembut. A really good cappuccino.
Selain itu kami juga coba granola bowl. Agak lama sih nunggu pesanan yang satu ini. Lebih dari setengah jam. Tapi begitu keluar ternyata hasilnya tidak mengecewakan. 
Cafe ini punya fitout yang sangat bagus. Dan entah kenapa kebanyakan pengunjung di sini adalah turis asing. Mungkin karena lokasinya yang pas di sebelah hostel atau mungkin juga karena memang Lokl adalah cafe terbaik di area ini. Pokoknya kalau ke sini jarang kelihatan muka-muka lokal.
Selain itu, Lokl adalah tempat yang cocok banget untuk dipake kerja laptopan dan mejanya juga enak. Tapi waktu kami di sana wifinya tidak jalan. Sangat mengecewakan karena waktu kami menginap di BackHome Hostel beberapa tahun lalu wifinya kencang sekali. Dan di cafe ini memang jaringannya numpang pakai jaringan wifi hostel.
Secara keseluruhan, cafe ini bagus meskipun kami kecewa karena wifi tidak jalan dan servis makanan sangat lama. Tapi ok banget koq untuk yang cari tempat ngopi enak kalau pas lagi di Kuala Lumpur!
Lokl Coffee Co.
30, Jalan Tun H S Lee, Kuala Lumpur
+60 3 2072 1188
Instagram: @loklcoffee
Jam buka: 08:00 – 18:00
Granola: RM20
Cappuccino: RM12
The post Lokl Coffee Co., Kuala Lumpur: Cafe Modern, Kopi Enak appeared first on Pergi Dulu.
Ini makanan yang kami makan di malam pertama. Dapatnya dari foursquare dan kayaknya menarik dan khas daerah sini. Bisa dibilang ini semacam ‘warung pangsit’ karena kebanyakan menunya adalah berbagai variasi pangsit. Kami pesan semangkuk pangsit kuah, dagingnya kalau ga salah campuran babi dan udang. Isiannya sangat banyak, bukan cuma gumpalan kulit yang diisi dengan secuil daging cincang. Jadi semangkuk kuah dengan 10 pangsit daging lumayan bikin kenyang.
Satu lagi kami ga tau namanya, pokoknya isinya pangsit rebus yang disiram saus pedas ditambah taburan irisan nori (lembaran rumput laut tipis kering). Adam yang kebagian makan ini dan katanya enak banget. Kombinasinya lumayan unik dan tidak terlalu pedas juga sih, kecuali mau tambah sambal lagi.
Karena sudah masuk 2 minggu di Taiwan, kami sudah lumayan familiar dengan sarapan ala Taiwan ini. Kebetulan kami dapat voucher sarapan dari hotel tempat kami menginap. Katanya bisa dipakai untuk sarapan di beberapa tempat yang dianggap ‘partner hotel’. Lumayan juga dari voucher tersebut kami bisa dapat berbagai macam makanan seperti bacang, cakue, sepiring pancake tipis orak-arik telur dan 2 gelas black tea yang katanya specialty di sana.
Untuk makanan sih sepertinya hampir sama dengan tempat-tempat sarapan lainnya di seluruh penjuru Taiwan, cuma yang selalu kami suka dari tempat-tempat seperti ini adalah atmosfer kopitiam kuno di mana pagi-pagi orang-orang mampir ke sini untuk sarapan sebelum berangkat kerja.
Untuk eksplor Tarogo Gorge National Park akan butuh waktu seharian karena areanya cukup besar. Kalau mau makan di dalam area National Park, pergilah ke Sioulin. Di sana ada deretan warung-warung kecil yang jualan makanan.
Tapi hati-hati karena ada banyak warung yang pasang harga turis alias jauh lebih mahal. Kami sengaja pilih warung paling ujung, yang tidak ada calo teriak-teriak di depan warungnya.
Dan ternyata makanannya enak dan murah. Kami pesan semangkuk 
Nemu tempat ini waktu cari makan malam. Lokasinya di jalanan kecil yang ternyata kalau malam rame karena jadi pasar malam. Banyak kios-kios kecil jual baju. Di warung ini rame banget tapi servisnya cepat. Cuma tinggal tulis di kertas pesanan, kasihin ke kokoh yang teriak-teriak ngurus pesanan, ga berapa lama kemudian makanan sudah diantar ke meja.
Kami pesan 
Cari yang manis-manis, kami nemu toko dessert yang menu khasnya adalah semangkuk isian campur yang ditutupi es serut kemudian disiram saus karamel. Isiannya bisa macam-macam mulai dari bulatan kenyal semacam onde dengan rasa taro, buah, matcha, dll. Selain itu juga ada tofu pudding, grass jelly, kacang merah dll. Kalo lagi pengen yang anget-anget, bisa tidak pakai es serut, kuahnya diganti jadi kuah jahe panas.
Belum lengkap rasanya kalau kulineran tanpa coba coffee shopnya. Nemu satu tempat ngopi yang asik suasananya. Lokasinya di seberang sekolahan besar, di halaman rumah yang terlihat rustic dekorasinya. Tapi unik karena tidak sama dengan kebanyakan coffee shop modern mainnya. Terlihat banyak unsur Jepang di coffee shop ini, salah satunya poster yang mendukung pelarangan nuklir di Fukushima.
Selain itu yang jadi nilai tambah di sini buat Adam adalah cangkirnya custom-made dan beda-beda semua. Ada display produk-produk keramik handmade yang kayaknya sih boleh dibeli. Kopinya di sini enak banget. Sayangnya jam buka coffee shop ini tidak sesuai dengan yang tercantum di foursquare. 3 kali ke sini cuma berhasil datang pas buka 1 kali saja.
Selain tempat ngopi, salah satu tempat lainnya yang wajib didatangi kalau terlihat menarik buat Adam adalah patiserie. Rupanya tempat ini khusus untuk nongkrong-nongkrong sambil makan cake dan minum-minum cantik. Kami sempat coba 2 cake-nya yang penampakannya menarik. Lumayan enak sih, tapi masih jauh lah dibanding Dominique Ansel (eh…kejauhan ya perbandingannya).
Kami memesan Mushroom Sliders, Big Breakfast, Magic dan fresh juice.
Big Brekkie di sini halal. Jadi meskipun tulisannya pakai ‘bacon’, itu maksudnya beef bacon. Poached egg-nya dimasak dengan sempurna, jamurnya enak, rotinya enak, ditambah sentuhan rasa Indonesia dengan adanya sambal matah di dalam potongan tomat. Pokoknya semuanya enak. 
Kopinya sudah bisa diduga — sangat enak. Bisa disejajarkan dengan cafe-cafe terbaik di Bandung. Jus-nya dibuat sesuai pesanan sehingga terasa banget segarnya. Meskipun cuma ada 4 kombinasi, namun karena kemarin ada satu bahan yang kosong akhirnya kami request improvisasi kombinasi jus sendiri dan mereka ok aja. 
Fitout di sini lumayan jauh berbeda dengan kebanyakan coffee shop lainnya di Bandung. Bentuknya berupa halaman yang dikelilingi oleh 4 area duduk. Ada bench di sebelah jendela, 2 meja di teras kecil dan area indoor yang lumayan luas. Paling enak adalah area yang di atas (roof). Di sini banyak sudut-sudut yang cakep alias instagrammable.
Kami suka banget tempat ini. Cuma kami berharap mereka bisa mengurangi coffee snobbery mereka karena tidak cocok dengan customer yang minum kopinya pengen pakai gula.
Setelah agak lama menunggu, akhirnya pemiliknya datang sambil berulang kali minta maaf. Dia bilang harusnya ada staff yang jaga. Tapi kebetulan waktu kami datang staffnya lagi keluar cari makan.
Ranjangnya super empuk, ditutupi selimut lembut yang besar dan bersih. Kamar mandinya ada air panas yang semprotannya kencang. Pokoknya kamar mandinya modern dan bersih. Kayaknya masih lumayan baru sih kamarnya. Entah masih baru atau memang maintenance-nya bagus karena terasa sangat bersih. Tembok-temboknya digambar dengan nuansa tempat-tempat menarik di dunia, jadinya ga polos. Di common area ada water dispenser dengan air panas/dingin. 
Yang sangat membantu buat kami adalah ada mesin cuci di lantai paling atas yang boleh dipakai secara GRATIS oleh tamu. Bahkan sampai deterjen-nya pun sudah disediakan. Lumayan banget tuh buat kami yang memang harus cuci baju setiap beberapa hari.
Lokasi dari penginapan ini lumayan ok. Awalnya kami kira lokasinya jelek karena jaraknya 2.5km dari stasiun kereta. Tapi ternyata setelah ngubek-ngubek kota, stasiun keretanya yang bukan terletak di pusat kota. Di sekitar penginapan tinggal jalan sedikit ada banyak coffee shop, tempat makan dan gampang juga kalau mau naik bis dari sini ke stasiun kereta.
Pertama-tama, makanannya sebenarnya lumayan enak. Nasi gorengnya dibungkus pakai telur dadar seperti nasi goreng ala Thailand dan rasanya lumayan enak. Tapi tidak seenak nasi goreng cikur yang ada di sebelah di 
Tapi sayangnya kopinya tidak enak. Cappuccino yang Adam pesan punya suhu yang pas, tapi susunya di-froth dengan cara kuno dan secara keseluruhan rasanya kurang enak. Minuman lain yang kami pesan (Taro Shake) lumayan enak karena tidak rumit juga bikinnya. 
Fitout di sini lumayan lega dan nyaman. Tapi kami agak bingung dengan furniturnya karena ada sofa besar yang kayaknya kurang cocok dengan outfit cafe pada umumnya.
Kami coba tes kecepatan internetnya, 16mbps down dan 4mbps up, lumayan kencang untuk yang butuh internetan. Dan memang tempatnya enak banget buat nyantai sambil kerja laptopan.
Jadi kesimpulannya, Lazy Lolla adalah cafe yang cukup bagus, tapi karena standar di Bandung sudah cukup tinggi, harusnya tempat ini bisa lebih baik lagi.
Tahun 2018 ini sepertinya masih akan banyak coffee shop baru yang bermunculan di Bandung. Dilihat dari trend-nya akhir tahun 2017 lalu, coffee shop yang baru lumayan beragam, tidak seperti awal-awal berkembangnya coffee shop Bandung yang kebanyakan punya style serupa: industrial style, minimalis, ruangan tembok putih dan semen dipoles halus.
Sebuah coffee shop yang punya karakter unik dengan bangunan tua bergaya kolonial yang masih lumayan otentik, ditambah dengan furnitur yang dekorasi yang sengaja dibuat bernuansa jadul juga. Jauh dari hiruk-pikuk keramaian kota sehingga cocok banget untuk dipakai baca buku ataupun curhat bareng temen. Selain kopi dan minuman non-kopi di sini juga ada makanan ringan maupun makanan berat. 
Sebagai bagian dari 
Dengar nama Toby’s Estate harusnya jadi jaminan bagus untuk kopi karena Toby’s Estate merupakan salah satu nama besar pemain kopi di Australia. Untuk kopinya memang ternyata tidak mengecewakan dan tergolong kelas dunia. Namun untuk makanannya masih perlu ditingkatkan lagi. Lokasinya yang di dalam sebuah mal bisa jadi positif ataupun negatif tergantung waktu kunjungan. 
Pertama kali dengar nama Kuro Koffee dari Sasha, pemilik 
Semakin banyak coffee shop yang mulai bermunculan di daerah Bandung Timur, salah satunya Marka Coffee yang menurut kami agak mirip dengan 
Tiap coffee shop tentunya punya alasan tersendiri kenapa bisa disukai oleh orang-orang. Ada yang karena tempatnya instagrammable, ada yang karena selain kopinya enak makanannya juga enak. Coffee shop yang satu ini sangat populer karena kopinya enak dan murah. Tempatnya sangat casual dan agak kecil, tapi atmosfernya enak dipake nongkrong. 
Karena bentuknya yang tampak kecil dari luar, coffee shop ini tidak terlalu mencolok dan mungkin sering terlewat. Namun kalau sudah dikunjungi ternyata tempatnya lumayan luas karena ada lantai atas dan bangunan sebelah. Selain kopinya mantap, di sini juga ada berbagai pilihan makanan dengan harga terjangkau. 
Nama Lazy Lolla ini mungkin cukup terkenal karena sering dipromosikan oleh sebagian besar food blogger Bandung. Namun saat kami ke sana menurut kami ada banyak yang masih bisa diperbaiki. Makanan ataupun kopinya lumayan enak, tapi belum menunjukkan kekhasan yang bisa bikin kami mau balik lagi. 
Untungnya ternyata ada semacam bis hop-on-hop-off yang bisa mengantar pengunjung keliling Taroko Gorge. Bis ini berangkat di jam-jam tertentu dari halaman stasiun kereta api Hualien, kemudian mampir dulu ke sebuah stasiun kereta api lain sebelum masuk area Taroko National Park dan berhenti di titik-titik utama taman nasional.
Overall, menurut kami Taroko Gorge National Park recommended untuk dikunjungi khususnya bagi yang suka trekking atau wisata alam. Jalan-jalan ke sini selama 1-2 hari bisa jadi variasi itinerary kalau bosan cuma jalan-jalan di kota besarnya saja.
Berikut ini hotel dan akomodasi tempat kami menginap selama di Taiwan:
Selain banyak makan makanan lokal, kami juga sempat makan makanan Western selama di Taiwan. Tentu saja harganya lumayan bervariasi, namun kalau dirata-rata kami menghabiskan sekitar Rp310.000 per hari untuk 2 orang dan biaya totalnya Rp5.900.000. Tidak terlalu mahal mengingat kami memang pengen wisata kuliner sebanyak-banyaknya selama di sama.
Total biaya transportasi yang kami keluarkan Rp2.750.000 untuk 2 orang selama 19 hari, atau kalau dirata-rata Rp144.000 per hari. Kalau kamu mau traveling keliling Taiwan dengan waktu yang lebih cepat, pastinya akan lebih mahal karena kamu harus keluarkan biaya transport setiap hari dan kemungkinan kamu akan harus pakai kereta cepat. Tapi sejujurnya Taiwan adalah negara yang murah untuk urusan transportasi, jauh lebih murah dibandingkan biaya transportasi di Jepang.
Kesimpulannya Taiwan adalah negara yang murah untuk traveling dan menurut kami sangat menarik. Orangnya ramah-ramah, makanannya enak-enak dan ada banyak hal yang bisa dilihat dan dilakukan. Masukkan ke tujuan liburan kamu berikutnya, yuk!
Bagian lainnya dari guide book ini juga meliputi informasi tempat makan, tempat belanja, tempat hiburan dan upcoming events seperti cherry blossom festival (Festival Bunga Sakura). Aplikasi ini memiliki semua informasi tersebut untuk banyak kota-kota Jepang dan semuanya dilengkapi dengan alamat dan detail cara menuju ke sana. Sangat membantu!
Untuk menggunakan kupon ini, kamu cuma perlu klik nama toko tempat kamu mau belanja dan tunjukkan handphone kamu ke staff toko. Mereka akan secara otomatis kasih diskon itu ke belanjaan kamu.
Kami ga sabar untuk mencoba fitur ini waktu kami ke Jepang lain kali (mudah-mudahan segera tahun ini!). Fitur ini cocok banget dipake buat belanja oleh-oleh, biar ga salah beli 😉 
Ikidane Nippon ini adalah salah satu dari sekian banyak aplikasi yang harus kamu download dulu sebelum kamu berangkat ke Jepang supaya kamu bisa riset terlebih dahulu toko mana yang mau kamu kunjungi, di restoran mana kamu mau makan dan atraksi wisata menarik apa yang mau kamu kunjungi. Saat ini aplikasi ini sudah di-instal di handphone kami untuk persiapan trip kami ke Jepang yang berikutnya. Super excited!
Untuk mencari good deals dalam hal tiket penerbangan, kamu perlu mulai riset dari jauh-jauh hari. Kami merekomendasikan untuk pakai 
Dan jangan menutup diri terhadap opsi non-public transport seperti misalnya sewa mobil. Banyak yang langsung berpikir kalau sewa mobil pasti mahal. Kalau sendiri memang iya, segala-galanya jadi lebih mahal. Tapi kalau setidaknya ada 2 orang, dan kalau sudah banding-bandingkan dengan naik public transport harga ga jauh beda, kami sih prefer sewa mobil karena jauh lebih fleksibel dan bisa ke tempat-tempat non-mainstream.
Selain itu jangan lupa kalau ada opsi AirBnB di mana kamu bisa sewa apartemen yang ada dapurnya supaya hemat biaya makan. Biasanya di kota-kota mahal seperti Paris dan Interlaken, kami lebih memilih menginap di AirBnB yang ada dapur untuk hemat biaya makan. 
Tip: Dengan mengambil overnight flight sebetulnya kamu bisa menghemat biaya akomodasi di malam pertama — tapi resikonya kamu akan capek keesokan harinya! 😉 
Aturan dasarnya adalah tentukan di mana kamu mau sarapan, makan siang dan makan malam. Di kota seperti Tokyo, ini bisa jadi sangat mahal. Tapi kalau kamu menginap di AirBnB atau di hostel yang ada dapur, kamu bisa belanja dari supermarket dan sarapan serta makan malam di tempat kamu menginap — ini akan sangat menghemat budget makanan.
Tip cari makanan murah di Eropa: kebab shop, selain relatif murah biasanya mereka buka sampai malam/pagi (bahkan sering juga 24 jam). Kadang 1 kebab cukup banget dimakan berdua saking besarnya porsinya. 
Tapi jangan lupa kalau di kebanyakan negara juga ada banyak 
Jadi, kalau kamu sudah menentukan berapa biaya tiket penerbangan, internal transport, hotel/hostel/AirBnB, makanan, aktivitas wisata, SIM card, oleh-oleh, shopping & travel insurance, kamu tinggal menjumlahkan semuanya dan kamu akan tahu berapa biaya yang kamu butuhkan untuk trip kamu.
Semuanya lagi-lagi butuh riset yang banyak. Jangan malas browsing. Jangan cuma tanya ke orang lain karena tiap orang bisa punya preferensi berbeda yang mengakibatkan budgetnya bisa bervariasi sangat besar. Kadang kamu tanya ke si A terus misalnya dia bilang budgetnya 50 juta, wah…langsung keder kamu dan mikir “aku mah ga akan pernah bisa ke luar negeri.” Atau kamu tanya ke si B dan dia bilang 10 juta cukup koq buat ke Iceland. Terus pas dijalanin ternyata kamu mati-matian ga makan atau tidur di taman karena ternyata gaya traveling kamu sama si B berbeda.
Pernah nih ya, waktu itu saya mau pulang dari Jakarta dan belum beli tiket karena tidak tahu jam berapa urusan di Jakartanya selesai. Saya sudah spare 45 menit tiba di stasiun untuk beli tiket. Ternyata… antriannya puanjaaaaaang banget dan ga ada antrian khusus buat kereta yang mau berangkat sebentar lagi. Waktu itu antriannya cuma dipisah antara hari H dengan yang bukan untuk hari itu.
Gara-gara insiden itu, berikutnya saya sudah beli tiket PP Bandung-Jakarta. Eh… ternyata meeting-nya agak mulur dan pas banget jam bubaran kantor yang notabene macet di mana-mana. Pesan OjOl pun ga dapet-dapet dan harus jalan kaki 1 km nyebrang jembatan karena katanya kalau motornya muter bakal lama banget. Hasilnya? Begitu motor sampe depan stasiun, peluit kereta pun terdengar meninggalkan stasiun. Haduhhh… akhirnya saya minta abang OjOl langsung antarkan saya ke Stasiun Senen untuk ngejar kereta ekonomi yang itu pun hampir ga kebagian. Kalo ga kebagian, kayaknya malam itu saya ga bisa pulang. Hmm…. agak ribet juga ya urusan beli tiket kereta ini.
Di zaman yang serba digital ini, untungnya pembelian tiket kereta api juga sudah ikut digital dengan tersedianya tiket kereta api melalui aplikasi smartphone misalnya Traveloka. Sebetulnya ini bukan fitur baru karena sudah lama pengguna aplikasi Traveloka bisa beli tiket kereta api. Namun baru-baru ini cek aplikasi Traveloka untuk lihat-lihat harga tiket kereta dan saya menemukan beberapa fitur baru untuk semakin mempermudah dan mempercepat proses pembelian tiket kereta api. Penasaran?
Fitur ini akan mempercepat proses transaksi atau pembayaran. Dengan demikian, tiket bisa segera didapatkan dan tidak perlu khawatir kehilangan kursi yang diinginkan. Sering banget kan udah ngincer-ngincer tempat duduk, eh taunya pas udah bayar kursinya tinggal sedikit dan harus mencar-mencar, cuma gara-gara proses bayarnya lama.
Makanan yang satu ini kayaknya udah pasti bertengger di nomor 1 daftar makanan Jepang yang paling populer yang mesti dicoba di negara aslinya. Namun rupanya ada banyak sekali jenis ramen yang ada di Jepang. Kami ‘memaksakan diri’ mencoba ramen sebanyak-banyaknya dan berhasil mencicipi 8 ramen dalam 8 hari.
Menurut kami orang Jepang sangat passionate dalam membuat ramen khususnya kuahnya. Oleh karena itu semua ramen yang kami makan punya karakter tersendiri dan rasanya pun sangat intense, tidak cuma satu dimensi. Kebanyakan ramen di Jepang memang non-halal dan semua yang kami coba non-halal, namun bukan tidak mungkin untuk menemukan ramen halal yang enak. Mungkin next time ke Jepang kami coba hunting ramen halal.
Apa yang bikin sushi di Jepang berbeda dengan sushi di Indonesia? Meskipun di Indonesia sudah banyak restoran Jepang yang memperlihatkan cara penyajian sushi sehingga terlihat fresh, namun mungkin ukuran kedai sushi di Jepang yang kecil dan servisnya yang lebih casual membuat pengalaman makan sushi di Jepang lebih intimate.
Dari cara chef sushi mengiris tipis-tipis daging ikan, menebak-nebak piring apa yang bakal ditaruh di sushi train berikutnya, rikues khusus dari pelanggan tetap hingga interaksi antara para customer dengan para chef. Mungkin pengalaman tersebutlah yang membuat unik dibandingkan makan di restoran Jepang yang dilayani oleh para waiter secara kaku.
Sebelumnya image udon adalah semangkuk mi kuah yang mirip ramen tapi ukuran mi-nya lebih gendut. Namun udon ternyata adalah sebuah sajian yang benar-benar berbeda baik dari jenis mi, kuah, topping hingga cara penyajian. Meskipun bahan utamanya sama dengan mi ramen yaitu tepung terigu, namun bentuk mi udon lebih tebal dan teksturnya pun jauh lebih kenyal. Kuah udon biasanya bening (tidak creamy seperti ramen) dengan komposisi utama dashi, soy sauce dan mirin.
Kemudian bicara soal topping udon bisa jadi seni tersendiri. Ada potongan-potongan sayuran seperti irisan daun bawang serta berbagai acar, di piring terpisah ada tempura udang dan sayuran. Udon seperti ini biasanya disajikan panas. Namun kami sempat coba juga udon dingin. Waktu itu Susan pesan udon dengan kaldu tomat yang terasa segar.
Mungkin kedengarannya sederhana saja, tonkatsu itu daging babi yang digoreng pakai tepung roti. Mirip seperti chicken katsu, cuma dagingnya saja pakai babi. Tapi lagi-lagi kami kagum dengan keseriusan Jepang mengolah makanan. Kami menemukan sebuah kedai kecil di Tokyo yang spesialis tonkatsu, antrinya itu…bisa sampai 1 jam kalau lagi jam makan siang.
Kedainya kecil, paling cuma muat 10 orang, tapi bahkan sebelum makan pun kami sudah tahu makanannya pasti enak. Passionnya terasa banget saat menyiapkan makanan untuk para tamu. Tonkatsu disajikan dengan setumpuk kol iris, tomat dan lemon. Staff yang bisa bahasa Inggris seadanya sengaja menghampiri kami untuk menjelaskan berbagai kondimen saus dan acar yang ada di meja. Selain tonkatsu di sini juga ada pilihan daging sapi dan udang yang dibalur tepung roti. Harganya memang mahal tapi kualitas tidak bisa bohong.
Ramen, udon, soba. Pokoknya sama-sama mi Jepang. Soal ramen dan udon sudah dibahas sekilas. Bagaimana dengan soba? Nah soba ini bentuknya kecil-kecil mirip dengan ramen tapi bahannya beda karena terbuat dari kombinasi buckwheat dan tepung gandum. Biasanya warnanya agak gelap dan bentuk penampangnya kotak kecil (sisinya tajam, bukan bulat) karena dipotong menggunakan pisau.
Soba biasa disajikan dengan kuah panas ataupun dingin. Kalau panas disajikan seperti mi kuah, kalau dingin kuahnya disajikan terpisah dan dimakan dengan cara dicelup sebelum disuap ke dalam mulut. Di area Asakuasa ada sebuah kedai spesialis soba yang sangat populer. Pengunjung sudah mulai antri bahkan sebelum kedai buka. Kebanyakan staff-nya orang tua dan servisnya sangat menyenangkan. Pengalaman makan soba di sini sangat otentik.
Kami sempat memasukkan tempura sebagai daftar makanan yang harus dicoba di Jepang. Namun ternyata kami menemukan tempura sebagai side dish ataupun topping dari soba atau udon. Jadi sepertinya tempura memang bukan sajian utama. Jangan salah karena tempura ini bukan gorengan yang pakai tepung roti seperti katsu.
Adonan tempura punya kombinasi khusus tersendiri yaitu air dingin, tepung terigu, telur, baking soda, minyak. Hasilnya gorengan tepung jadi sangat ringan dan garing. Dan dulu pernah salah kaprah kalau tempura itu cuma untuk udang goreng tepung. Ternyata tempura itu adonan tepung gorengnya. Tempura bisa digunakan untuk sayuran seperti bayam, lotus root, terong, paprika, ubi, jamur, dll.
Simplenya, gyoza itu mirip dengan kuotie atau kalau dalam bahasa Inggris makanan kayak gini sering disebut potsticker. Bedanya dengan Chinese kuotie, gyoza ini ukurannya lebih kecil dan kulitnya lebih tipis, tapi fokus pada isian yang juga dibuat lebih halus.
Kami sempat cobain Gyoza di kedai yang memang spesialis gyoza. Di sini ada banyak pilihan isian mulai dari pork, udang, kari, jamur, dll. Dibuatnya fresh sesuai pesanan. Dan betul ternyata ukurannya mungil banget. Untungnya di sini ada makanan lain yang menggoda untuk dicoba seperti karaage. Serunya makan di kedai gyoza ini karena ternyata kebanyakan orang yang ke sini mau makan gyoza sambil minum bir. Jadi kayak tempat nongkrong sepulang kerja gitu.
Karaage itu sebenarnya ‘cuma’ ayam goreng tepung. Tapi sepertinya mereka punya teknik sendiri dalam menggoreng ayam ini sehingga kulitnya crispy tapi ayamnya masih juicy dan tasty banget. Kalo ga salah rahasianya adalah digoreng dua kali. Sebelum disajikan disiram tipis pakai kecap khusus. Yummm!
Mirip martabak telur sih. Intinya okonomiyaki ini irisan sayur campur telur yang dimasak di atas besi panas seperti membuat martabak telur, tapi di okonomiyaki ini sebagian besar sayurnya adalah kol. Okonomiyaki ini lebih seperti jajanan, banyak yang jual di night market. Tapi waktu jalan-jalan di Dotonbori Osaka sempat lihat ada restoran spesialis okonomiyaki, antriannya panjang gila.
Sudah banyak beredar di Indonesia, takoyaki ini juga semacam jajanan di pasar malam. Bentuk dan cara buatnya seperti poffertjes tapi gurih. Adonan tepung diisi dengan potongan gurita, dimasak di alat masak seperti panggangan kue cubit kemudian sesudah matang diberi taburan bonita flakes yang kalau kena panas bisa bergerak-gerak.
Makanan ini gampang banget ditemukan di restoran fast food ala Jepang. Sepiring nasi putih yang ditumpuk dengan potongan chicken katsu kemudian disiram dengan kuah kari kental berwarna coklat gelap. Wanginya khas dan rasanya juga sangat khas, beda dengan kari Indonesia ataupun kari India.
Salah satu makanan Jepang kesukaan di Indonesia. Karena biasanya kalau chicken katsu agak seret dimakannya, tapi kalau ditambah siraman kocokan telur setengah matang dan irisan bawang bombay jadi lebih nikmat. Sama seperti curry katsu, donburi ini juga biasa ditemukan di restoran fast food ala Jepang karena penyajiannya sangat cepat.
Miso soup di Jepang bisa dibilang side dish wajib. Apapun makanannya, wajib pakai semangkuk miso soup. Sarapan pagi di hotel-hotel pun selalu sedia sepanci kuah miso. Di sini miso soup-nya tidak sebening miso soup di resto cepat saji ala Jepang di Indonesia. Agak kental dan pakai potongan daun bawang, telur dadar dan okra. Beda kota bisa beda jenis miso-nya. Kalau ke Nagoya mereka punya red miso yang warnanya lebih gelap dan rasanya sedikit lebih pahit.
Siapa yang tidak kenal onigiri, opsi makan murah yang tersedia di semua minimarket di Jepang? Onigiri ini sering disebut nasi kepal. Nasi ketan dibentuk segitiga atau bulat yang diisi dengan berbagai kombinasi seperti daging ikan, telur, ayam, dll. Kadang ada yang pakai nasi polos kadang ada juga yang nasinya sudah diaduk-aduk dengan daging. Kemudian kebanyakan luarnya dibungkus pake lembaran nori (rumput laut kering).
Belum afdol kayaknya kalau ke Jepang belum cobain matcha aslinya. Entah karena di Indonesia bubuk matcha sering dicampur dengan susu atau memang kualitas matcha yang dipakai beda, di Jepang matcha-nya biasanya lebih intense dan agak pahit. Kalau penasaran gimana rasanya matcha kualitas premium, cobain deh Matcha Ice Cream level 7 yang ada di Suzukien, gerai ice cream yang menawarkan 7 level ice cream matcha. Dari warnanya aja udah keliatan banget komposisi matcha-nya mulai dari yang ringan sampai yang intense.
Kalau sudah banyak nyobain matcha ice cream di Jepang, cobain Matcha Parfait yang beda-beda komposisinya tergantung kedainya. Intinya matcha parfait ini dessert yang disajikan pakai gelas tinggi. Isinya terdiri dari banyak sekali elemen berbahan matcha mulai dari matcha ice cream, matcha jelly, matcha syrup, matcha whipped cream yang dikombinasikan dengan bahan-bahan lainnya seperti mochi, kacang merah, dll. Pokoknya 1 gelas bakal kenyang banget dan puas makan matcha-nya.
Wah….ternyata lumayan banyak juga ya makanan Jepang yang lumayan populer dan mungkin sudah banyak beredar di Indonesia tapi seru dan wajib dicoba di negara aslinya. Intinya ga melulu untuk membandingkan mana yang lebih enak, karena bisa jadi lidah kita sudah terbiasa dengan rasa makanan Jepang di Indonesia (yang sebagian besar pasti sudah di-adjust sesuai selera orang Indonesia). Tapi kalau sudah berkunjung ke Jepang, kenapa ga sekalian cobain makanan aslinya itu seperti apa sih. Kan lumayan membuka cakrawala terhadap kuliner internasional. Ciehhh… Itadakimasu!!
Kamar di sini lebih besar dari kamar hotel lain yang pernah kami inapi dengan harga serupa. Di dalam kamar ada TV layar datar dengan channel internasional, wifi kencang, ranjang besar & empuk, AC dan kamar mandi dengan air panas.
Rate kamar standar tidak termasuk sarapan, tapi pagi-pagi tersedia teh & kopi gratis. Menurut kami Ehouzz hotel yang sangat bagus untuk kategori budget hotel dan kami sangat merekomendasikannya kalau budget kamu terbatas.
So far selama 2 bulan terakhir kami sudah jaga 5 rumah dan semuanya punya binatang peliharaan, mulai dari yang cuma 1 ekor sampai ada yang punya 7 ekor anjing & kucing plus 12 ayam yang harus dipanen telurnya setiap hari.
Kenapa ga beli rumah atau sewa apartemen yang lebih permanen? Jujur kalo beli rumah sih ga sanggup karena harga properti selangit. Sewa apartemen pun bukan opsi yang cocok karena kami masih bolak-balik ke Indonesia ataupun traveling ke negara lain. Kalau udah bayar sewa dan ditinggal-tinggal sayang dong ya. Makanya kami menemukan salah satu cara yang kayaknya seru buat mengatasi masalah akomodasi kami di Australia, yaitu dengan cara housesitting!
Bahkan biasanya mereka mempersilahkan housesitter untuk pakai bahan makanan yang ada di lemari ataupun di kulkas. Lebih enak lagi kalau dapat yang bersedia minjemin kendaraannya. Jadi selama housesit kita bisa pakai mobilnya untuk grocery shopping atau bahkan lihat-lihat area sekitar. Asal jangan lupa isi bensin lagi.
Kalau pemiliknya tertarik untuk memilih kita, kadang ada yang minta ketemuan dulu buat ngenalin ke binatang peliharaannya, ada yang minta datang satu hari lebih awal sebelum mereka berangkat, ada juga yang minta ngobrol dulu via skype atau teleponan. Kadang malah ada yang pake proses wawancara dulu ke rumahnya. Wajar toh…mereka akan meninggalkan peliharaan dan rumah mereka ke tangan orang yang sama sekali tidak dikenal!
Kalau misalnya kamu somehow punya ijin tinggal setahun di Australia pun tergantung kerjaan kamu apa, housesitting ini bisa agak tricky. Alasannya adalah karena belum tentu setiap hari dalam setahun penuh itu kamu dapat housesitting yang nyambung terus tanggalnya. Nah…kalau ga dapet housesitting job, mau tinggal di mana? Buat kami keuntungannya adalah kami punya back-up. Kalau lagi kosong housesitting job-nya, kami mabur lagi numpang ke rumah mertua 😉
Catatan penting: preference untuk housesitter ini kebanyakan adalah untuk orang-orang yang kerjanya dari rumah atau pensiunan. Kenapa? Kalau housesitter-nya kerja kantoran atau kerja rutin 8 jam tiap hari, sama aja donk binatang peliharaannya ga ada yang nemenin atau ngasih makan seharian. Makanya housesitting ini cocok banget buat kami yang kerjaannya cuma di depan laptop seharian, bisa sambil garukin anjing ataupun kucing yang suka manja-manjaan di pangkuan kami.
Sekian sharing dari kami, siapa tau infonya berguna karena housesitting ini bukan cuma ada di Australia, tapi di seluruh dunia. Mudah-mudahan di Indonesia juga ada sistem terpercaya seperti ini ya, jadi kalo bosan tinggal di satu kota, bisa pindah-pindah ke kota lain. Buat kami housesitting seru justru karena kami dapat rumah yang jauh banget dari kota, jadinya main ke pinggiran dan bisa ngerasain hidup di kota-kota kecil di Australia. Dan bonusnya….new furry friends all the time!! Woof…woof! Meowww…!!
Uniknya, mereka menyajikan smootie bowl dan cuma ada makanan itu saja. Agak aneh karena biasanya kalau ada smoothie bowl berarti mereka punya menu yang extensive. Di sini cuma ada smoothie bowl dan beberapa pastries. Kami suka karena pilihannya sangat mudah. Pagi-pagi pengen ngopi tinggal ke sini saja sambil makan pastry atau smoothie bowl. Senang deh. Dan smoothie bowl-nya terbukti enak.
Fitout cafe ini sangat bagus, salah satu favorit kami di Jakarta. Banyak unsur kayu, besi yang dicat warna hitam dan tidak terlalu banyak semen putih seperti kebanyakan tren beberapa tahun belakangan.
A top coffee shop in Jakarta.
Setiap kali ditanya paling bagus musim apa kalau mau ke negara xx, kami selalu jawab setiap musim punya daya tarik tersendiri koq. Beneran toh? Pemandangan tiap musim pasti beda-beda baik dari warna ataupun crowd-nya. Dan biasanya kami ga bisa jawab kalau belum pernah merasakan semua musimnya. Gimana bisa bilang musim dingin paling bagus kalau belum pernah liat pemandangan di musim-musim lainnya?
Sebagai gambaran, kami ‘cuma’ keluarkan uang untuk sewa mobil (Rp530.000/hari), makan di McDonalds (Rp150.000 untuk 2 orang), isi bensin (Rp780.000), belanja di ALDI untuk makan malam, snack, dessert, sarapan dan bekal makan siang (Rp600.000 untuk 2 hari), ngopi di Zurich (Rp170.000 untuk 2 gelas kopi & cookie), makan siang terakhir di Zurich di kebab shop (Rp190,000 untuk sepiring kebab berdua). AirBnB (Rp1.125.000/malam) sudah dibayar secara online (
Selebihnya kami ga sengaja nemu pas lewat. Makanya agak bingung waktu di IG ditanya ini lokasinya di mana dan namanya apa. Karena sebagian besar foto-foto Swiss kami bukan tempat wisata populer. Tapi itu membuktikan kalau di Swiss ga perlu melulu ke tempat wisata populer, di pinggir jalan atau di tiap belokan aja udah cakep.
Kenapa kami pilih sewa mobil? Karena kami memang tidak berencana mengunjungi tempat-tempat wisata populer (dan mahal sekali) yang ada di pegunungan bersalju di sekitar Interlaken. Karena cuma punya waktu terbatas, kami memilih untuk dapat gambaran sekilas dulu aja tentang Swiss dengan cara road trip singkat.
Memang kalau sewa mobil ini itinerary jadi lebih fleksible dan bisa ke daerah-daerah yang non-turis. Biaya sewa mobil pun cukup terjangkau, Rp530.000/hari dan bensinnya irit banget (
Kelihatannya tidak terlalu banyak yang menarik ya, tapi kami puas sih dengan cuma keliling Swiss aja tanpa menghabiskan jutaan rupiah untuk naik kereta atau cable car. Harapannya sih kalau ada rejeki bisa balik lagi ke Swiss dan melakukan hal-hal touristy tersebut. Doakan ya! AMIINNN 🙂
Begitu kamu masuk ke dalam bangunan Please Please Please, kamu akan disuguhkan dengan sebuah fit out yang sangat aneh. Terlihat jelas kalau itu adalah bangunan lama yang sudah mengalami renovasi, namun tidak semuanya dipermak. Jadi di beberapa area ada spot yang terasa modern, namun di spot lain terasa sangat kuno.
Bukan cuma itu, bagian tua dari bangunan ini juga terlihat kurang terawat dengan terlihatnya selotip/stiker di tembok, frame jendela dan beberapa meja. Jadi kelihatannya seperti sesuatu yang lupa dibersihkan. Agak ganggu sih.
Tapi kalau bicara soal kopinya, di sini kopinya brilliant alias enak banget. Cuma 2 kekurangannya: suhunya suam-suam kuku dan disajikan menggukan cangkir yang salah. Tapi rasa kopi dan tekstur susunya berhasil menutupi kekurangan tersebut. Pokoknya kopinya muantap.
Makanannya juga enak-enak. Kami pesan Ho Lee Fuk Rice dan Salted Egg Chicken Rice Bowl. Dua-duanya berhasil menyajikan rasa yang pas dan bahan-bahannya pun terlihat sangat berkualitas.
Jadi meskipun kami tidak terlalu suka dengan fitout cafe ini tapi Please Please Please masih jadi pilihan yang oke untuk didatangi. Lupakan semua hype yang kamu lihat di media sosial karena kadang hype akan mengakibatkan kamu punya ekspektasi yang terlalu tinggi. Datang saja ke sini untuk menikmati makanan dan kopi yang enak.
Jadi untuk urusan makanan ini kami tidak berusaha makan hemat atau super murah dan kami juga tidak mengandalkan makanan 7-11 seperti yang kebanyakan orang lakukan untuk menghemat budget makan. Namun meski dengan catatan tersebut menurut kami pengeluaran makan kami di Jepang kurang lebih hampir sama dengan kebanyakan orang pada umumnya karena yang kami makan juga bukan makanan yang super mewah.
Kami menghabiskan Rp5.810.000 untuk makanan selama 10 hari (2 hari di awal dan di akhir terhitung pendek karena late arrival dan early departure). Rata-rata Rp581.000 per hari (untuk 2 orang!). Sangat memungkinkan kalau mau lebih hemat dari ini, tapi sebaliknya juga sangat memungkinan untuk menghabiskan lebih dari segitu kalau makannya di restoran mewah.
Tapi kami beli kartu PASMO yang merupakan keputusan terbaik. PASMO ini adalah smart card yang bisa digunakan untuk naik seluruh transportasi umum di Tokyo, Kyoto dan Osaka. Kamu bayarnya per trip dan kartunya bisa diisi ulang kalau sudah hampir habis. Beberapa orang mungkin suka beli daily unlimited metro passes di tempat-tempat seperti Tokyo. Tapi sebenarnya penghematannya sangat sedikit, terutama kalau kamu cuma bakal pakai kartu itu untuk setengah hari di hari pertama tiba dan hari terakhir saat mau berangkat. Coba deh beli PASMO supaya ga repot.
Pada akhirnya kami menghabiskan Rp5.340.000 untuk biaya transportasi selama 10 hari (untuk 2 orang) dan itu sudah termasuk tiket Shinkansen yang super mahal dari Tokyo ke Kyoto, yang kalau beli terpisah harganya Rp2.830.000.
Kesimpulannya, Jepang bukanlah destinasi yang mahal banget ketika kamu membandingkan dengan negara-negara di Eropa Barat atau bahkan Singapore. Dan kamu akan selalu menemukan cara untuk berhemat kalau kamu memang benar-benar punya budget terbatas, misalnya dengan beli makanan di 7-11 atau naik bis antar kota. Tapi kalau kamu punya budget yang cukup, worth it sih untuk dipakai naik kereta cepat atau cicip makanan-makanan paling enak di dunia. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo ke Jepang!
Lima meja piknik besar disediakan di taman tengah (literally) sebagai ruang untuk duduk sambil buka laptop ataupun sekedar nongkrong bareng teman-teman.
Shared wifi yang ada di Taman Tengah sangat lambat ketika kami coba padahal saat itu tidak ada pengunjung lain sama sekali. 0.5mbps baik untuk upload maupun download. Namun ternyata Goutte punya jaringan wifi sendiri dan jauh lebih cepat — 10/1.5. Jadi kalau kamu mau kerja pakai wifi di sini, pastikan kamu pilih jaringan Goutte wifi, bukan yang komunal.
Kami sangat suka tempat ini, sayangnya sepertinya tempat ini kurang populer. Sudah dua kali kami ke sini dan selalu sepi. Bahkan outlet-outlet lainnya di Taman Tengah ini pun banyak yang tutup. Padahal konsep space-nya sangat menarik dan desainnya pun bagus.
Terakhir, mari kita bicara soal harga. Coffee shop ini adalah salah satu coffee shop yang MURAH. Dengan harga kopi di bawah Rp20.000 dan wifi yang lumayan bagus, tempat ini cocok untuk orang-orang yang budgetnya terbatas.
Ini kayaknya salah satu tempat paling populer didatangi turis di Tokya. Sensoji ini kuil yang masih aktif jadinya sepanjang hari banyak pengunjung yang datang, baik yang mau berdoa, membunyikan bel atau sekedar lihat-lihat saja. Semakin siang semakin ramai dan padat pengunjungnya. Meskipun ini bangunan keagamaan, namun tempat ini bagus untuk mengamati orang serta tradisi lokal di Jepang.
Entah gara-gara Sensoji atau memang pasarnya sendiri sudah menjadi daya tarik, Nakamise Market ini merupakan shopping street yang lokasinya di sebuah jalan utama tepat di depan Sensoji. Jadi kalau mau ke Sensoji pasti akan melewati Nakamise Market (kecuali kalau sengaja menghindari pasar). Jualannya seru-seru, mulai dari printilan lucu-lucu, souvenir khas Jepang sampai snack-snack yang menggoda buat dijadiin oleh-oleh. Rame sepanjang hari dan lumayan padat jalannya apalagi sering dilewati oleh group tour dalam jumlah besar. Recommended buat belanja oleh-oleh.
Satu lagi di seputar area Asakusa, ada Kaminarimon yang artinya Thunder Gate. Kaminarimon ini bentuknya gerbang besar yang di tengahnya digantung lentera raksasa dan di kiri kanannya dijaga oleh 2 patung raksasa. Spot ini selalu ramai dengan turis yang semangat foto-foto di depannya. Begitu masuk gerbang ini kamu ada di jalanan yang akan mengantar kamu ke Sensoji Temple dan di kiri kanannya merupakan bagian dari Nakamise Market. Dan sekali tepuk dapat 3 tempat kan?
Tempat ini seru banget karena berasa nemu hutan lebat di tengah kota besar. Dan hutannya masih benar-benar hutan alami dengan pohon-pohon raksasa yang umurnya sudah ratusan tahun. Begitu masuk area ini langsung terasa damai dan adem. Ada banyak jalur menuju Meiji Shrine dan sepanjang jalan ada banyak spot yang menarik seperti misalnya torii (gate) kayu raksasa, deretan gentong sake berwarna-warni serta kepingan kayu tipis berisi doa dan harapan para pengunjung yang mampir ke sana.
Kalo lagi spring Ueno Park ini jadi salah satu spot paling diserbu buat menikmati cherry blossom. Tapi waktu kemarin kami ke sana di musim panas meski tidak ada sakura juga tetep seru karena di danaunya yang super luas dipenuhi oleh bunga lotus yang bermekaran cantik. Banyak turis maupun warga lokal yang bersantai di sini sambil duduk-duduk. Kalau lagi beruntung bisa ketemu orang lokal yang lagi jalan-jalan sama anjing shiba inu-nya. Saking besarnya taman ini bahkan sampai ada kebun binatangnya. Tapi kami belum sempat masuk sih.
Nah kalo udah cape jalan-jalan di Ueno Park, melipir deh ke seberang jalan. Di belakang jalanan utamanya ada Ameyoko Market. Isinya deretan toko yang jualnya macam-macam banget. Mulai dari pakaian, sepatu, snack, matcha tea sampai berbagai macam oleh-oleh menarik lainnya. Lumayan rame suasananya di sana. Kami sih agak kurang suka karena banyak penjual yang touting (alias agresif nawarin dagangannya). Tapi kalau mau cari oleh-oleh atau cari barang murah boleh banget lah mampir sini.
Sudah pernah dengar tentang Hachiko? Singkatnya, Hachiko itu nama anjing yang konon setia banget nungguin pemiliknya di satu spot setiap hari dan selalu ke sana setiap hari sampai bertahun-tahun meski pemiliknya sudah meninggal. Entah pada tau ceritanya atau ngga, pokoknya patung Hachiko selalu ramai dikunjungi dan harus antri gantian fotonya.
Di sebelah Patung Hachiko ada sebuah persimpangan jalan yang sudah sangat terkenal sampai ke seluruh penjuru dunia. Shibuya Crossing namanya. Padahal sebenarnya itu persimpangan jalan biasa, tapi karena Shibuya adalah area yang sangat ramai dengan pejalan kakinya, maka area penyebrangan itu sangat ramai. Ada beberapa menit di mana semua kendaraan dari semua ruas berjalan berhenti dan itu adalah kesempatan bagi pejalan kaki untuk menyeberang jalan. Seru aja menyeberang sambil mengamati keramaian tersebut karena selalu ada yang sambil merekam atau foto-foto.
Menara tertinggi di dunia ini menjulang tinggi megah di area Sumida, Tokyo. Tokyo Skytree ini memiliki fungsi utama sebagai menara penyiaran TV dan radio, namun karena bangunannya yang sangat tinggi dan memberikan pemandangan yang luas, di sini juga ada observation deck yang dibuka untuk umum. Kami belum sempat naik ke atas dan cuma lihat dari kejauhan saja. Masuk ke sini gratis tapi kalau mau naik ke atas harus bayar (
Sebagai istana yang masih dihuni oleh keturunan penguasa yang terakhir, Tokyo Imperial Palace agak sulit untuk dikunjungi karena banyak area yang tertutup untuk umum dan kalau mau berkunjung juga harus daftar tour dulu secara online. Tapi kalau cuma mau lihat tamannya (East Gardens) masih boleh. Sayangnya waktu kami ke sana di hari yang salah alias lagi tutup jadi belum berkesempatan masuk. Kalau berencana ke sana pastikan dulu apakah buka atau tidak,